Berapa Kecepatan Perjalanan Nabi Sulaiman?

00.48 |



   
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya (Bagaimana Nabi Sulaiman Terbang) bahwa Nabi Sulaiman alaihissalam mempunyai kemampuan terbang yang kecepatannya diterangkan dalam Al Qur’an surat Saba’ (34:12):

"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman,yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1235] dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala"

"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya" QS Shaad (38:36)

Berdasar petunjuk Al Qur’an tersebut dapat dihitung kecepatan terbang Nabi Sulaiman. Bila pada catatan kaki terjemahan Al Qur’an oleh Depag RI bahwa kecepatan yang ditempuh Nabi Sulaiman dari pagi sampai sore hari sama dengan yang ditempuh onta yang cepat dengan perjalanan 2 bulan. Penjelasan tersebut berdasar asumsi bahwa di Palestina (tempat kerajaan Nabi Sulaiman) pada waktu itu perjalanan menggunakan onta.

Apabila menggunakan kecepatan onta sebagai acuan maka dapat diketahui bahwa kecepatan onta balap bisa mencapai 40 MPH (64,37 km/jam), bila kecepatan ini yang digunakan untuk perhitungan tidak tepat karena untuk perjalanan jauh onta hanya mampu menempuh jarak 48 km/hari bahkan dengan karavan hanya mampu menempuh jarak 25 MPH/hari.

Berdasar petunjuk dalam Al Qur’an, pada waktu itu Nabi Sulaiman senang memelihara kuda dan lebih banyak menggunakan kuda, seperti dalam Al Qur’anSurat Shaad (38:30-33):

"Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku.” Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.

Dengan demikian untuk menghitung jarak perjalanan darat selama 2 bulan lebih sesuai berdasarkan kecepatan kuda. Rata-rata kecepatan kuda berlari sedang untuk perjalanan jauh yaitu 40 MPH (64,37 km/jam).

Seperti disebutkan pada QS Shaad ayat 31 di atas, bahwa kuda mampu berlari dalam perjalanan sejak pagi sampai sore dan lebih cepat pada sore hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menempuh perjalanan, kuda kadang berjalan kadang berlari. Untuk memperoleh perkiraan dapat dirata-rata antara kuda berjalan dengan kuda berlari sedang. Dari data yang ada kecepatan kuda berjalan yaitu 4 MPH.

Dengan demikian kecepatan rata-rata kuda untuk perjalanan yaitu:
(4 + 40)/2 = 22 MPH atau 35,4 km/jam.

Apabila dalam sehari perjalanan sejak pagi sampai sore adalah 12 jam maka jarak yang ditempuh selama satu hari dengan kuda yaitu:
12 X 22 MPH = 264 Mile/day atau 424,87 km/hari

Jarak yang ditempuh selama 2 bulan atau 60 hari dapat dihitung:
264 X 60 = 15.840 Mile atau 25.492 km

Bila waktu dihitung sejak pagi sampai sore adalah 12 jam maka kecepatan terbang Nabi Sulaiman yaitu jarak yang ditempuh kuda selama 2 bulan dibagi dengan waktu tempuh Nabi Sulaiman terbang sejak pagi sampai sore:
25.492/12 = 2.124,33 km/jam

Kecepatan tersebut hampir sama dengan 2 kali kecepatan suara, sebagai perbandingan pesawat jet mampu terbang 3.000 km/jam atau 3 kali kecepatan suara. Sungguh luar biasa karunia Allah yang diberikan kepada Nabi Sulaiman.

Pertanyaannya :
Apakah mungkin pada jaman itu sudah ada teknologi untuk terbang dengan kecepatan itu?

Sangat mungkin dan ada yang lebih cepat lagi yaitu dari negeri Saba’ ke Palestina degan jarak 2.000 km dapat dipindahkan singgana ratu Bilqis dalam waktu hitungan sepersekian detik (sebelum mata berkedip). Baca tulisan: Teknologi Teleportasi di Jaman Nabi Sulaiman.

Dengan apa Nabi Sulaiman terbang?

Berdasar hasil perhitungan tersebut dapat diduga bahwa ada suatu wahana yang diciptakan oleh anak buah Nabi Sulaiman yang terdiri dari jin dan syetan. Wahana tersebut bisa saja berupa pesawat terbang canggih karena pada jaman itu teknologi sudah sangat maju. Disebutkan dalam Al Qur’an Al Anbiyaa’ (21: 81-82):

"Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu"

Juga pada ayat lain dijelaskan:

"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. QS Saba’ (34:13)

Semaju apa jaman Nabi Sulaiman itu?

Kebesaran dan kemajuan jaman Nabi Sulaiman tidak akan dapat disamai oleh generasi berikutnya. Seperti dalam doa Nabi Sulaian seperti yang tercantum pada Al Qur’an Surat Shaad (38:35):

Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Semoga semakin menambah keimanan kita kepada Allah SWT

Maha benar Allah dengan segala FirmanNya.

Catatan kaki:

[1235]. Maksudnya bila Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula bila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.

Apabila ada kekeliruan dan kesalahan karena keterbatasan ilmu dan pemahaman penulis. Sangat diharapkan masukan dari siapa saja yang lebih menguasai ilmu tafsir Al Qur’an.

0 komentar:

Posting Komentar