ALLAH MENGUTUS RASUL DAN MENURUNKAN KITAB SUCI 2

00.03 |


Nabi Yunus AS
Sesulit dan sesukar apa pun keadaannya, kita harus selalu percaya kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Seperti telah kita bahas pada bagian sebelumnya, Musa AS tidak pernah putus asa ketika terdesak di antara tentara Firaun dan Laut Merah. Dia tetap percaya kepada Allah. Yunus AS juga menjadi teladan untuk sifat terpuji seperti itu.

Meskipun dia telah diutus oleh Allah untuk memperingatkan umatnya, Yunus AS meninggalkan umatnya tanpa memperingatkan mereka. Oleh karena itu, Allah mengujinya dengan beberapa cara: pertama, dia dilemparkan ke laut dari kapal yang dinaikinya. Kemudian seekor ikan raksasa menelannya. Akibatnya dia merasa sangat menyesal karena perbuatannya. Dia meminta ampun kepada Allah, memohon perlindungan dari-Nya dan berdoa kepada-Nya. Hal ini difirmankan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berseru dalam keadaaan yang sangat gelap, ”Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim.”
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkanya dari kedukaan. Dan begitulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS Al-Anbiya: 87-88)

Yunus mula-mula dilemparkan dari kapal ke laut. Kemudian, seekor ikan menelannya. Allah menyelamatkan Yunus AS dari keadaan yang sulit itu.

Dalam Al Qur'an, Allah memfirmankan apa yang akan terjadi kepada Yunus jika dia tidak percaya dan berdoa kepada Allah.
Maka seandainya dia tidak termasuk orang yang banyak mengingat Allah, Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (QS Ash-Shaffat:143-147)
Allah telah menyelamatkan Yunus dari keadaan yang sangat menyedihkan. Hal ini adalah bukti nyata bahwa kita tidak pernah boleh putus asa dari pertolongan Allah. Pengalaman Yunus AS merupakan pelajaran untuk semua orang beriman: Kita tidak boleh lengah, dalam situasi sekeras apa pun yang kita hadapi, dan kita harus selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah.
Nabi Yusuf AS
Di dalam Al Qur'an, kita menemukan kisah terperinci tentang pengalaman Yusuf AS. Di sini, kita akan membahasnya secara singkat dan menyimak sifat terpuji Yusuf.

Yusuf adalah salah seorang putera Ya’kub AS. Ketika dia masih kanak-kanak, saudara-saudaranya melemparkannya ke dalam sumur karena iri kepada Yusuf, dan mereka berkata kepada ayahnya bahwa seekor serigala telah memakan Yusuf. Para musafir menemukan Yusuf dalam sumur dan menjualnya ke istana bangsawan di Mesir. Di Mesir, Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara dan tetap berada di dalamnya hingga bertahun-tahun.

Para musafir menemukan Yusuf dalam sumur dan menjualnya ke istana bangsawan Mesir.

Akhirnya Yusuf terbukti tidak bersalah dan dibebaskan. Karena Yusuf sangat bijaksana dan dapat dipercaya, dan karena sangat teliti, penguasa Mesir mempercayakan harta benda dan gudang pangan di bawah pengawasan Yusuf. Akhirnya, Yusuf memaafkan saudara-saudaranya yang telah berbuat kejam kepadanya dan membawa mereka semuanya beserta ayah dan ibunya untuk tinggal bersamanya.

Yusuf AS memiliki sifat yang terpuji. Allah menguji Yusuf dengan berbagai cara, menyelamatkannya dari sumur, padahal mustahil baginya untuk keluar. Allah menyelamatkannya dari keadaan yang buruk dengan memasukkannya ke dalam penjara dan kemudian menyelamatkannya dari penjara dan mengembalikan nama baik Yusuf. Akhirnya, Allah menganugerahkan kepadanya derajat yang tinggi. Dalam segala keadaan, Yusuf AS kembali kepada Allah dan berdoa kepada-Nya. Meskipun dia tidak bersalah, Yusuf tetap tinggal dalam penjara hingga beberapa tahun, namun ia tidak pernah lupa bahwa ini merupakan cobaan dari Allah. Di dalam penjara, ia selalu menyebut-nyebut kekuasaan dan keagungan Allah kepada orang-orang di sekitarnya. Ketaatan dan keimanannya kepada Allah dalam keadaan sulit seperti itu menunjukkan sifatnya yang terpuji.
Nabi Ayub AS
Sabar menghadapi apa pun yang terjadi merupakan sifat terpuji yang khas pada umat Islam. Ayub AS diuji dengan hilangnya keluarga dan kekayaannya, dan mengalami penyakit parah yang menyebabkannya sangat menderita. Ayub hanya memohon pertolongan dari Allah dan percaya kepada-Nya. Allah menjawab doanya dan mengajarkan kepadanya bagaimana agar sembuh. Sifat terpuji Ayub AS dan doa-doanya difirmankan di dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan ingatlah hamba Kami Ayub ketika menyeru Tuhannya, ”Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.”
Allah berfirman, ”Hantamkanlah kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.”

... Sesungguhnya kami melihat Ayub adalah hamba Kami yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhannya. (QS Shaad: 41-44)
Begitu kita mengalami penyakit, kekerasan, atau kesulitan, kita sering putus asa. Bahkan ada orang yang menjadi ingkar kepada Allah. Padahal, sikap-sikap ini tidak diridhai oleh Allah. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh tentang Ayub ini, Allah mungkin akan menimpakan kesukaran kepada hamba-hamba-Nya, tetapi penderitaan demi penderitaan akan mendewasakan orang-orang beriman dan menguji pengabdian mereka kepada Allah.

Dalam menghadapi penderitaan yang kita alami, kita harus berdoa kepada Allah dan mempercayai-Nya. Kita harus sabar seperti Ayub AS dan kembali kepada Allah. Hanya dengan begitulah, Allah akan melonggarkan kesulitan kita dan memberi kita pahala di dunia dan di akhirat nanti.
Nabi Isa AS
Allah telah menciptakan Isa AS dengan cara yang unik. Seperti halnya Nabi Adam, Allah telah menciptakan Isa tanpa seorang ayah. Ini difirmankan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Sesungguhnya penciptaan Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS Ali-Imran: 59)
Dalam Al Qur'an, Isa AS disebut sebagai ”Putera Maryam”. Maryam adalah seorang perempuan terhormat yang dijadikan oleh Allah sebagai teladan bagi semua perempuan. Dia adalah perempuan suci dan hamba yang tunduk kepada Allah. Allah mengaruniakan Isa untuknya melalui malaikat Jibril, secara ajaib tanpa ayah, dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa puteranya akan menjadi seorang nabi.

Allah menjadikan Isa seorang nabi dan menurunkan untuknya kitab Injil, salah satu kitab wahyu dari Allah untuk umat manusia. (Setelah Isa tidak ada, Injil juga telah diubah-ubah oleh manusia. Saat ini, kita tidak menemukan kitab Injil yang asli, dan kitab suci orang Kristen yang disebut Alkitab sebenarnya tidaklah bisa dipercaya seluruhnya.) Allah memerintahkan Isa untuk mengajak manusia ke jalan yang benar dan menganugerahkan kepadanya banyak mukjizat. Dia berbicara ketika masih berada dalam buaian dan menyampaikan kepada manusia tentang Allah. Isa juga memberi kabar gembira tentang Muhammad (Ahmad) SAW, utusan Allah yang akan datang setelahnya, yang difirmankan di dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan ingaatlah ketika Isa putra Maryam berkata, ”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. (Aku) membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad (Muhammad). Maka ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ”Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Ash-Shaff: 6)
Dalam masa kehidupan Isa, sangat sedikit orang yang beriman kepada Isa dan membantunya. Musuh-musuh Isa berusaha membunuhnya. Mereka mengira bahwa mereka telah menangkap dan menyalib Isa. Padahal, dalam Al Qur'an Allah berfirman kepada kita bahwa mereka tidaklah membunuh Isa:
Dan karena ucapan mereka, ”Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah.” Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang dijadikan serupa dengan Isa dalam pandangan mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar ragu tentang yang dibunuh itu.Mereka tidak yakin tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali dengan prasangka belaka. Mereka juga tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS An-Nisaa: 157)
Setelah Isa AS tidak ada lagi, musuh-musuhnya mencoba untuk mengubah wahyu yang dibawanya. Mereka mulai menggambarkan Isa dan Maryam sebagai makhluk yang memiliki kekuatan gaib, bahkan dianggap sebagai “tuhan-tuhan”. Saat ini pun, masih ada yang mempercayai keimanan palsu ini. Allah memberi tahu kita dalam Al Qur'an, melalui perkataan Isa sendiri, bahwa semua ini adalah keimanan yang keliru:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’” Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya), yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan aku adalah saksi untuk mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS Al-Maidah: 116-117)
Setelah Isa menghilang, jumlah orang-orang yang beriman kepadanya meningkat pesat, tetapi saat ini mereka berada di jalan yang sesat karena mereka mengikuti Alkitab, yang telah diubah-ubah dengan tambahan-tambahan dan pengurangan-pengurangan. Satu-satunya jalan yang lurus saat ini adalah jalan Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita, yang disebutkan dalam Al Qur'an, karena inilah satu-satunya wahyu Allah yang belum berubah.
Utusan Allah: Muhammad SAW
Kita banyak mengenal Rasulullah, Muhammad SAW, karena beliau adalah nabi terakhir dan hidup baru sekitar 1.400 tahun yang lalu. Manusia mengubah-ubah dan mengaburkan agama yang diwahyukan oleh Allah sebelum beliau. Inilah sebabnya kitab terakhir (yang akan dipertanggungjawabkan oleh manusia di Hari Pembalasan) diwahyukan kepada nabi kita. Kitab ini memperbaiki semua kekeliruan yang diada-adakan dalam agama-agama sebelumnya. Allah menyampaikan bahwa Allah memberi perintah untuk hamba-hambanya melalui Al Qur'an.

Nabi SAW juga menghadapi banyak kesulitan ketika menyampaikan wahyu Allah kepada umatnya. Banyak tuduhan yang tak beralasan kepada beliau, meskipun beliau tidak meminta upah dari umatnya dan tidak mempunyai niat-niat duniawi.
Beliau terpaksa pindah dari Mekah, kota kelahiran beliau. Orang-orang Islam pertama yang mengikutinya juga dizalimi, beberapa di antara mereka bahkan disiksa dan mengalami perlakuan kejam. Tetapi Allah tidak membiarkan orang-orang yang tidak beriman membahayakan agama Islam, yang tetap tidak berubah hingga hari ini. Sesuai dengan janji Allah, setiap kata dalam Al Qur'an tetap sepenuhnya tidak berubah.

Seruan Nabi Muhammad SAW juga ditujukan kepada seluruh manusia yang hidup saat ini. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk menghormati rasul-rasulnya. Dalam banyak ayat, Allah menegaskan bahwa menghormati para rasul berarti menghormati Allah. Oleh karena itu, menghormati nabi adalah salah satu hal yang terpenting dan utama dalam Islam. Ketaatan hati kepada perintah Nabi SAW tentu merupakan bentuk ketaatan kepada Allah.

Dalam Al Qur'an, Allah menyampaikan kepada kita tentang sifat-sifat utama Nabi kita, yang menjadi teladan bagi semua manusia.
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, (dan ia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, (serta) amat mengasihi dan menyayangi Kaum Mukmin.” (QS At-Taubah:128)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan Allah-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Ahzab: 40)

Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS Ali Imran: 164)
Dengan ayat-ayat yang dimulai dengan kata, ”Katakanlah...,” Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu Allah. Melalui ayat-ayat ini dan semua ayat lainnya, Nabi SAW menyampaikan wahyu-wahyu Allah kepada manusia. Istri beliau, A’isyah RA berkata, ”Akhlak beliau adalah Al Qur'an.” Maksud A’isyah adalah, Nabi SAW benar-benar menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman dalam segala perbuatannya, dan kita tahu bahwa hadits beliau adalah cara kita untuk menghormati Al Qur'an. Dalam salah satu ayat, Allah menyatakan bahwa hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah dan ingin mendapatkan pengampunan haruslah menghormati Rasulullah SAW:
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)
Seperti disebutkan dalam ayat di atas, jika kita ingin agar Allah mencintai kita, kita harus patuh kepada seruan nabi dan dengan seksama mengamalkannya.

0 komentar:

Posting Komentar